Banjir dan longsor melanda beberapa wilayah di Provinsi Bali setelah hujan lebat, menyebabkan kerusakan bangunan dan korban jiwa. Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga pertengahan September 2025, sedikitnya 474 unit kios atau ruko mengalami kerusakan dan 16 orang dilaporkan meninggal dunia.
Pemicu dan Dampak Bencana
Curah hujan yang tinggi pada awal September 2025 menjadi pemicu utama terjadinya banjir dan longsor di Bali. BNPB mengonfirmasi tujuh kabupaten/kota terdampak, di mana air meluap dan menghanyutkan material ke berbagai titik pemukiman serta pusat aktivitas ekonomi seperti pasar dan pertokoan. Bencana ini tak hanya menyebabkan rusaknya ratusan bangunan usaha, tapi juga menelan korban manusia dan melumpuhkan akses transportasi di beberapa lokasi.
Kawasan Terdampak dan Kondisi Korban
Penelusuran lapangan yang dilakukan oleh tim gabungan BNPB menemukan bahwa bencana menyebar di tujuh wilayah administratif, walau belum seluruh data rinci bangunan terdampak dirilis. Tim evakuasi berhasil mengevakuasi semua korban yang ditemukan meninggal maupun terluka. Pihak BNPB melalui Kepala BNPB, Suharyanto, menegaskan prioritas dalam memastikan keselamatan dan kesehatan para penyintas, khususnya yang berada di tempat pengungsian.
Kerusakan Infrastruktur dan Properti
BNPB mencatat jumlah awal kios atau ruko yang mengalami kerusakan mencapai 474 unit. Selain itu, beberapa ruas jalan, jembatan, dan fasilitas publik juga terdampak, meski inventarisasi kerusakan infrastruktur ini masih berlangsung. Kerusakan tersebut menyulitkan mobilitas warga dan distribusi bantuan ke area-area yang terputus akibat bencana.
Upaya Penanganan dan Bantuan
Langkah cepat diambil dengan mengirim bantuan logistik berupa pangan, obat-obatan, perlengkapan keselamatan, serta peralatan evakuasi lainnya ke lokasi terdampak. BNPB bekerja sama dengan berbagai unsur, mulai dari TNI/Polri hingga relawan daerah, untuk memastikan penyaluran bantuan merata serta prioritas bagi kelompok paling rentan seperti anak-anak, lansia, dan penyandang disabilitas.
“BNPB fokus melakukan percepatan pemulihan dan memastikan kebutuhan dasar para penyintas di pengungsian terpenuhi,” jelas Suharyanto dalam keterangan resmi pada 12 September 2025.
Proses Pendataan dan Inventarisasi
Sampai Jumat, 12 September 2025, tim gabungan BNPB bersama aparat setempat masih menelusuri detail kerusakan dengan mencatat jumlah rumah, kios, jalan, jembatan, hingga sarana publik yang terdampak. Pendataan ini vital agar pemulihan pascabencana bisa dilakukan secara tepat sasaran, termasuk perbaikan infrastruktur dan distribusi kompensasi bagi pelaku usaha yang mengalami kerugian.
Dukungan dan Kolaborasi Lintas Sektor
Pemulihan pascabencana tidak hanya melibatkan BNPB sebagai lembaga utama, tetapi juga menggandeng pemerintah daerah, relawan, hingga swasta. Kolaborasi ini terlihat dari mekanisme tanggap darurat yang melibatkan puluhan personel di lapangan untuk pencarian, penyelamatan, dan pendataan. Pemerintah daerah masing-masing wilayah juga mengaktifkan posko-posko darurat untuk menampung korban dan mengkoordinasikan bantuan logistik.
Mekanisme Bantuan Logistik
Pendistribusian bantuan dilaksanakan secara bertahap. Para penyintas mendapatkan paket makanan, air bersih, perlengkapan tidur, kebutuhan bayi, hingga peralatan sanitasi. Proses distribusi mengutamakan wilayah paling parah terdampak banjir dan longsor, dengan pengawasan ketat dari petugas untuk menjaga akurasi dan kelancaran penyaluran bantuan.
Logistik Utama yang Disalurkan
- Sembako dan makanan siap saji
- Selimut dan tikar
- Obat-obatan dan perlengkapan medis
- Air minum dan peralatan sanitasi
- Pakaian layak pakai
- Peralatan dapur darurat
Pemulihan Psikososial dan Kesehatan
Selain kebutuhan fisik, BNPB bersama Kementerian Sosial dan tenaga kesehatan menyediakan dukungan psikososial. Langkah ini penting mengingat banyak penyintas mengalami trauma dan kehilangan anggota keluarga, rumah, serta sumber penghidupan. Layanan konseling ditempatkan di posko untuk mendampingi anak-anak, lansia, dan kelompok rentan lainnya.
Tantangan Penanganan dan Kendala di Lapangan
Salah satu kendala utama dihadapi petugas adalah akses ke beberapa kawasan yang terisolasi akibat rusaknya jembatan dan banjir yang masih tergenang di sejumlah titik. Sebagian bantuan harus disalurkan secara langsung menggunakan kendaraan roda dua atau berjalan kaki. Infrastruktur yang rusak juga berdampak pada sulitnya pencatatan kerugian secara menyeluruh dalam waktu singkat.
Langkah Mitigasi dan Pencegahan Selanjutnya
Berdasarkan evaluasi awal, perlunya peningkatan mitigasi risiko bencana di Bali semakin nyata. Pemerintah berencana memperkuat sistem peringatan dini dan memperbaiki tata kelola lingkungan, terutama di wilayah rawan banjir dan longsor. Upaya ini diharapkan mampu menekan dampak kerusakan dan jumlah korban bila terjadi bencana serupa di masa mendatang.
Kesimpulan
Banjir dan longsor di Bali pada September 2025 merupakan pengingat pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana. Penanganan terus diupayakan, mulai dari evakuasi korban, distribusi bantuan, hingga pendataan kerusakan. Laporan BNPB menjadi dasar pemulihan secara bertahap dan terencana, dengan harapan seluruh pihak berkolaborasi dalam menjaga keselamatan dan kesejahteraan masyarakat di kawasan terdampak.