Sebuah musala di Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, mengalami insiden ambruk pada Senin, 29 September. Kepolisian Daerah Jawa Timur (Polda Jatim) menanggapi kejadian tersebut dengan mengerahkan tim Disaster Victim Identification (DVI) untuk mendukung proses pencarian, evakuasi, sekaligus identifikasi para korban.
Kronologi Runtuhnya Bangunan
Musala milik Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny tiba-tiba mengalami keruntuhan ketika aktivitas di lingkungan ponpes tengah berlangsung. Kejadian jatuhnya bangunan ini segera menuai reaksi sigap dari berbagai pihak, termasuk petugas kepolisian setempat dan instansi terkait lainnya. Informasi awal menyebutkan terdapat beberapa orang yang menjadi korban akibat insiden tersebut.
Langkah Cepat dari Polda Jatim
Merespons dengan cepat, Polda Jatim langsung mengerahkan tim Disaster Victim Identification (DVI), sebuah satuan khusus yang menangani evakuasi serta proses identifikasi korban dalam kejadian bencana maupun insiden massal lain. Tim DVI memainkan peran penting dalam memastikan setiap korban bisa teridentifikasi dengan tepat agar proses penanganan selanjutnya dapat berjalan lancar.
Tugas dan Fungsi Tim DVI
Tim DVI terdiri atas personel terlatih yang memiliki keahlian forensik dan penanganan korban, terutama dalam situasi bencana yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Dalam insiden di Ponpes Al Khoziny, DVI bertanggung jawab mengevakuasi korban dari reruntuhan bangunan serta melakukan pemeriksaan identitas secara menyeluruh demi kepastian dan keamanan data korban.
Pentingnya Identifikasi Korban
Identifikasi korban sangat penting tak hanya untuk aspek administratif, tetapi juga untuk keamanan dan ketenangan keluarga masing-masing korban. Panduan kerja DVI berfokus pada akurasi data serta kecepatan dalam penanganan setiap korban yang ditemukan, baik dalam kondisi hidup maupun meninggal dunia.
Kolaborasi Evakuasi dengan Lembaga Terkait
Tidak hanya dari pihak kepolisian, penanganan musala ambruk ini juga melibatkan petugas pemadam kebakaran, tenaga medis, dan unsur relawan yang turut membantu evakuasi. Proses evakuasi menuntut kehati-hatian untuk meminimalkan risiko lebih lanjut, khususnya jika terdapat struktur bangunan yang masih berpotensi runtuh.
Koordinasi Lintas Instansi
Seluruh proses berjalan melalui koordinasi intensif antara Polda Jatim, pemerintah daerah, BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), serta pengelola ponpes. Setiap langkah dirancang agar penanganan area kejadian tetap kondusif dan tidak menimbulkan kepanikan, baik di kalangan santri maupun masyarakat sekitar.
Penyelidikan Penyebab Keruntuhan
Sementara proses evakuasi berlangsung, kepolisian bersama instansi teknis juga melakukan penyelidikan untuk mengetahui penyebab pasti ambruknya bangunan musala. Analisis struktur bangunan dikerjakan guna menghimpun data lapangan yang diperlukan dalam rangka mencegah kejadian serupa terjadi di masa mendatang.
Pengumpulan Bukti dan Keterangan
Pihak berwenang mengumpulkan keterangan dari saksi di lokasi kejadian serta para pengelola pondok pesantren. Data material bangunan, kondisi fisik musala sebelum ambruk, dan faktor cuaca pada hari kejadian juga menjadi bagian dari bahan analisis.
Dukungan untuk Para Korban dan Keluarga
Sebagai bagian dari penanganan pascakejadian, telah dilakukan pemberian bantuan psikososial serta medis terhadap korban dan keluarga mereka. Pengelola ponpes bersama aparat dan relawan terus menyampaikan perkembangan informasi secara berkala agar keluarga korban selalu mendapatkan update terbaru terkait status dan kondisi para korban.
Reaksi Masyarakat dan Respons Pemerintah
Kabar runtuhnya musala di lingkungan pesantren menimbulkan keprihatinan masyarakat, baik di Sidoarjo maupun daerah lain. Pemerintah daerah memastikan perlunya audit menyeluruh terhadap bangunan serupa, sedangkan warga sekitar juga sigap membantu proses evakuasi dengan tetap menjaga ketertiban dan keselamatan di area ponpes.
Upaya Pencegahan dan Evaluasi Infrastruktur
Beberapa hari setelah insiden, perhatian publik terfokus pada pentingnya evaluasi kelayakan bangunan, khususnya fasilitas ibadah dan pendidikan yang melibatkan banyak orang. Pemerintah dan pihak pesantren berencana untuk meningkatkan pengawasan terhadap proyek-proyek pembangunan maupun renovasi di area ponpes, demi menjamin keamanan seluruh penghuninya.
Standar Keamanan Bangunan
Audit teknis, perawatan berkala, serta sertifikasi laik fungsi dianjurkan dilakukan secara rutin sebagai langkah pencegahan. Evaluasi ini bertujuan untuk mengurangi kemungkinan insiden serupa sekaligus menjaga keselamatan penghuni ponpes dan pengunjung lainnya.
Kondisi Terkini dan Tindak Lanjut
Sampai berita ini ditulis, proses evakuasi telah dilakukan dengan hati-hati oleh tim gabungan. Masih dilakukan pengumpulan data terkait jumlah korban dan status kondisi mereka. Tim DVI beserta seluruh lini penanganan darurat merampungkan tugas identifikasi untuk memastikan keluarga korban segera menerima informasi akurat.
Kesimpulan
Insiden runtuhnya musala di Ponpes Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, menjadi perhatian banyak pihak dan menyoroti pentingnya keselamatan bangunan pendidikan dan ibadah. Tim DVI dari Polda Jatim bergerak cepat mengevakuasi sekaligus mengidentifikasi korban, didukung kolaborasi berbagai instansi serta masyarakat. Evaluasi dan upaya pencegahan akan terus dikedepankan demi mencegah peristiwa serupa di masa depan.